Search This Blog

Introduction

Bermula dari dirangkai. Titik demi titik dirangkai menjadi garis. Garis demi garis dirangkai menjadi huruf. Huruf demi huruf dirangkai menjadi kata. Kata demi kata dirangkai menjadi kalimat. Kalimat demi kalimat dirangkai menjadi alinea.

Friday, September 5, 2014

What Diah Has Translated: 10 Hal tentang Disabilitas yang Harus Diajarkan Orang Tua kepada Anak-Anak

Pinterest.com
Sikap orang tua bermacam-macam ketika membicarakan cara mengajari anak-anaknya tentang disabilitas. Beberapa orang tua memarahinya ketika mereka bertanya kenapa ketika seorang penyandang disabilitas melintas dan orang tua yang lain benar-benar senang membiarkannya berlari-lari dan mendekati kami sesuka hati. Teknik pengasuhan setiap orang tua memang berbeda-beda.


Namun, ada beberapa hal yang terjadi berulang-ulang. Dari memberitahukan anak-anak untuk selalu berpaling atau memberikannya sudut pandang umum tentang penyandang disabilitas, pendapat yang salah tentang kami sangat banyak. Berhubung orang tua baik-baik pun bisa melakukan kesalahan tanpa sengaja, berikut 10 cara membantu anak-anakmu menyempatkan berpikir tentang disabilitas secara berbeda.

1. Menjawab “Mengapa mereka tidak bisa berjalan?”

Salah satu pertanyaan umum yang diajukan anak-anak ketika melihat seseorang menggunakan kursi roda adalah ini, “Mengapa mereka tidak bisa berjalan?” Anak-anak pada dasarnya penasaran dan tidak menyaring mana pertanyaan berbobot baik dan buruk. Jika anakmu masih kecil, katakan “Mereka cuma cedera,” sudah cukup.Namun jika mereka sudah lebih besar, jujur saja, “Entahlah, sayang, tapi kemungkinan besar karena saraf,” hanya itu yang perlu dikatakan. Keponakanku yang berumur 6 tahun merupakan contoh yang baik. Ia masih terlalu kecil memahami konsep cedera tulang belakang, jadi aku menyuruhnya untuk tidak membicarakan tentang kakiku lagi, dan ia mengerti sepenuhnya. Namun, yang penting adalah setelah mereka memahami sepenuhnya, rasa takut akan lenyap.

2. Jangan marah jika mereka penasaran

Merupakan hal yang baik jika banyak orang tua ingin memastikan anak-anak mereka tidak menyinggung perasaan kami, di mana beberapa anak merasakan keprihatinan yang wajar ketika membicarakan tentang kepekaan penyandang disabilitas, marah terhadap anakmu ketika mereka mengajukan pertanyaan tentang disabilitas kami  harus dihindarkan. Rasa takut, malu atau jengah bukan rasa yang kau inginkan ketika anak-anak melihat adanya disabilitas. Aku mendengar anak-anak bertanya kepada ibunya tentangku setiap saat. Lucu banget.

3. Berbeda bukan hal yang negatif

Daripada berputar-putar pada “kisah sedih” tentang disabilitas setiap kali mereka bertanya tentang seseorang, lebih baik ucapkan sebaris kata, “tapi tidak apa-apa.” “Dunia ini penuh dengan orang-orang yang berbeda” merupakan pernyataan yang sangat penting. Kami berpergian dengan cara kami sendiri. Begitu pula keberadaan kami merupakan hal yang penting

4. Selalu bertanya sebelum menolong

Banyak orang tua baik-baik suka mengajarkan anak-anaknya sedapat mungkin membantu orang lain. Tapi hal ini sama pentingnya mengajarkan mereka untuk bertanya sebelum menolong agar mereka menghargai kemandirian kami dan memang menghormati kami seperti itu.  Tidak apa-apa mengajarkan anak-anak untuk inisiatif menjauhkan alat bantu kami, tetapi akan terasa lebih sulit bagi mereka melihat kami sebagai seseorang yang terpisah dari kursi roda. Membiarkan mereka mengetahui kami bisa melakukan banyak hal dengan cara kami sendiri merupakan pelajaran besar bagi anak-anak.

5. Kursi roda kami bukan kereta bayi raksasa

Memandang kursi roda sebagai “kaki” kami merupakan pelajaran besar lainnya yang disampaikan.  Beberapa perkataan histeris bisa muncul dari anak-anak berkenaan dengan kursi roda – mobil mini, gerobak, “apalah” (kata kesukaanku), tetapi jangan biarkan mereka berpikir kursi roda kami sebagai kereta bayi. Menyampaikan pendapat bahwa kursi roda merupakan benda yang memberdayakan kepada anak-anak yang suka melambangkannya sebagai kelemahan bisa memberikan dampak besar.

6. Cermati reaksimu sendiri

Bukan rahasia anak-anak mudah menyerap informasi dan mengetahui apapun perasaan ayah atau ibu. Merasa gugup, canggung atau takut di dekat penyandang disabilitas hanya akan membuat anak-anakmu merasakan hal yang sama.  Coba kesampingkan perasaan itu  demi kepentingan terbaik anak-anakmu. Tanggapi secara positif dan tenang jika menjumpai seorang penyandang disabilitas dan mereka akan melakukan hal yang sama (sampai mereka dewasa, semoga).

7. Menatap 10 detik tidak apa-apa. Percayalah.

Ketika sedang menatap, anak-anak seperti keluar dari situasi yang tidak diinginkan. Setidaknya itu yang kurasakan. Selama bukan tatapan dalam rentang yang lama, dalam hal ini kau harus menegurnya, “Melihat itu tidak apa-apa, tapi jangan lama-lama.” Aku mengatakan hal ini karena hatiku selalu sedih ketika  orang tua memarahi anak-anaknya karena menatap seorang penyandang disabilitas sesaat. Anak-anak merupakan manusia baru yang sedang ceria-cerianya belajar tentang dunia. Lirikan lugu dari mereka sepenuhnya tidak apa-apa.

8. Kami tidak sedang kesakitan

Ketika mengatakan pada keponakanku, “Leherku cedera. Itu alasannya Bibi Tiffy tidak bisa berjalan,” tanggapan petamanya, “sakit, kah?” Anak-anak sedang belajar tentang tubuh manusia dan juga makna ganda kata. Dengan mengatakan “leherku sakit,” dia mendengar “sakit” dan menyamakannya dengan “nyeri.” Beberapa dari kami memang mengalami nyeri kronis yang parah, namun membiarkan anak-anak mengetahui disabilitas tidak selalu sama dengan nyeri fisik tentunya dapat mengangkat beban pikiran mereka.

9. Kami juga bisa keren

Jika memungkinkan, tunjukkan kepada anak-anakmu film, buku atau permainan yang memberikan gambaran positif  bahwa disabilitas bisa membuat perbedaan besar. Film sedih tentang pemain ski yang lehernya patah, kemudian jatuh cinta pada pilot yang akhirnya mati dalam kecelakaan sepertinya bukan film yang bagus untuk ditonton. Mereka perlu melihat kami terlibat, bersenang-senang, bahkan berani berkata aku keren. Sangat sulit menemukan buku anak-anak seputar disabilitas yang bernilai positif, meskipun tersebar luas. Arlen, Marvelous Mercer, Saddle Sore, Cinderella’s Magical Wheelchair and Mama Zooms merupakan beberapa bacaan yang bagus. Dan beberapa film dan pertunjukan anak-anak yang sama-sama bagus untuk dilihat meliputi Miracle in Lane 2, film tentang seorang remaja di kursi roda yang bermimpi memenangkan piala seperti saudaranya, Dragon Tales, film kartun tentang karakter yang menggunakan kursi roda dan Pinky Dinky Doo, film seri animasi yang salah satu karakternya  berteman dengan penyandang disabilitas.

10. Bokong kami tidak menempel di kursi roda

Aku selalu merasakan keinginan anak-anak melihat seseorang di kursi roda sesekali turun dari kursi rodanya. Mungkin untuk ke sofa, atau bahkan lebih baik – ke kolam atau ke sepeda motor – dengan meninggalkan kursi roda, anak-anak bisa memandang kami sebagai manusia dulu, baru kemudian pengguna kursi roda. Pertama kali keponakanku melihatku turun dari kursi roda dan menuju sofa pada saat natal ketika dia berumur 2 tahun. Matanya terbelalak dan dia teramat sangat senang ketika melihatku turun. Aku rasa dia menganggapnya sebagai kebebasan.

Mengasuh anak-anak merupakan tanggung jawab besar, dan mencetak anak-anak untuk segera menjadi orang dewasa yang diharapkan luar biasa merupakan tujuan akhir. Aku pernah bertemu beberapa orang dewasa yang dibesarkan di lingkungan positif disabilitas dan mereka salah satu orang paling mengesankan yang pernah kutemui. Jika akhirnya anak-anak menjadi seperti salah satu dari mereka, berarti pengasuhanmu berhasil dengan baik. 

Dan ingatlah, tips-tips di atas milikku sendiri. Tidak semua penyandang disabilitas setuju dengan rekomendasi-rekomendasi ini. Jika memungkinkan, tanyakan masukan atau tips dari penyandang disabilitas di sekitarmu. Itu pengetahuan yang bisa dipelajari dari setiap orang.
 

Sumber:  Disability Awareness: 10 Things Parents Should Teach Their Kids About Disabilities