Search This Blog

Introduction

Bermula dari dirangkai. Titik demi titik dirangkai menjadi garis. Garis demi garis dirangkai menjadi huruf. Huruf demi huruf dirangkai menjadi kata. Kata demi kata dirangkai menjadi kalimat. Kalimat demi kalimat dirangkai menjadi alinea.

Saturday, February 20, 2010

What Diah Has Translated: Sekolah Musim Panas tentang Disabilitas dan Pembinaan di Jakarta, Indonesia

The Athena Institute, Fakultas Ilmu Bumi dan Hayat, VU University (Amsterdam), Pusat Studi Pemberdayaan (Alphen aan den Rijn) dan Disabilitas, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, hendak mengumumkan pengantar modul kedua program Disabilitas dan Pembinaan, yang akan dilaksanakan dalam bentuk sekolah musim panas di Universitas Indonesia di Jakarta.

Tanggal: 12 Juli sampai 6 Agustus 2010. Sekolah Musim Panas ini merupakan bagian dari program akademis master dan terbuka untuk peserta eksternal juga

Sekolah Musim Panas ini akan meliputi topik-topik berikut:
Perencanaan proyek dan manajemen, pengawasan dan evaluasi program rehabilitasi berbasis masyarakat (CBR), sistem informasi manajemen, CBR sebagai strategi yang diutamakan dalam rehabilitasi, pembinaan organisasi dan institusional, Organisasi Penyandang Cacat, pendidikan dan pemberdayaan ekonomi bagi penyandang cacat, peran pelayanan rehabilitasi tertentu, dan olahraga dan disabilitas





Modul I
Kami juga hendak mengumumkan tanggal Modul I berikutnya tentang Disabilitas dan Pembinaan, yang akan diselenggarakan dari tanggal 22 November sampai 17 Desember 2010 di University VU, Amsterdam


Modul I akan meliputi topik-topik berikut:
Macam-macam disabilitas dan stereotipnya, budaya dan disabilitas, Konsep kerangka kerja ICF, pengalaman penyandang cacat, frekuensi dan distribusi disabilitas, faktor-faktor penentu disabilitas, termasuk stigma dan diskriminasi, kemiskinan, jender dan HIV / AIDS, hak-hak para penyandang cacat, Konvensi PBB tentang Hak Penyandang Cacat, tolak ukur disabilitas, metode riset yang relevan dengan disabilitas, metode survei, contoh-contoh riset disabilitas dan pengantar rehabilitasi berbasis masyarakat




Mahasiswa akan belajar dua program studi tersebut melalui pendekatan pengajaran berbasis partisipasi lingkungan yang tinggi dalam menyelesaikan seputar permasalahan. Para dosen memiliki pengalaman internasional yang luas di bidang disabilitas dan bidang terkait.



Calon yang berminat harus melamar terlebih dahulu dan menghubungi Huib Cornielje sesegera mungkin


Sasaran Kelompok: para profesional di bidang rehabilitasi dan mahasiswa dan profesional yang tertarik bidang disabilitas dan pembinaan.



PERSYARATAN: Sangat lancar berbicara dan menulis bahasa Inggris, Sarjana atau yang setara (dalam hal pengalaman dan kemampuan berpikir)


BIAYA

PROGRAM Studi: Euro 1,800 (tidak termasuk biaya makan & penginapan) selama 4 minggu



INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT DIPEROLEH DARI:
Huib Cornielje Huib Cornielje
Langenhorst 36 Langenhorst 36
2402PX Alphen aan den Rijn 2402PX Alphen aan den Rijn
The Netherlands Belanda
Tel: 0031-172-436953 Tel: 0031-172-436953
Fax: 0031-172-244976 Fax: 0031-172-244976
E-mail: mailto:h.cornielje@enablement.nl

Thursday, February 18, 2010

What Diah Has Shared: Summer School on Disability and Development in Jakarta, Indonesia

The Athena Institute, Faculty of Earth and Life Sciences, VU University (Amsterdam), Enablement(Alphen aan den Rijn) and the Disability Studies Centre, Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia, are pleased to announce the introduction of the second module in the Disability & Development programme, which will be offered in the form of a Summer School at theUniversity of Indonesia in Jakarta.

Dates: 12 July to 6 August 2010. This Summer School is part of an academic Master degreeprogramme and is open to external participants as well.

The Summer School will cover the following topics:
Project planning and management, monitoring and evaluation of community-based rehabilitation (CBR) programmes, management information systems, CBR as a preferred strategy for rehabilitation, organisational and institutional development, Disabled People’s Organisations, educational and economic empowerment of disabled people, the role of specific rehabilitation services, and sports and disability.

Module I
We are pleased to announce also the dates for the next Module I on Disability and Development, which will be held from November 22th to December 17th, 2010 at the VU University, Amsterdam.

Module I will cover the following topics:
Disability models and stereotypes, culture and disability, ICF conceptual framework, experience of having a disability, frequencies and distribution of disability, determinants of disability, including stigma and discrimination, poverty, gender and HIV/AIDS, rights of persons with disabilities, the UN Convention on the Rights of Persons with Disabilities, measurement of disability, disability-relevant research methods, survey methods, examples of disability research and an introduction to community-based rehabilitation.

Students will learn in both courses in a highly participatory environment built around a problem-based learning approach. Lecturers have extensive international experience in disability and related fields.

Interested candidates should apply well in advance and contact Huib Cornielje as soon as possible.

TARGET GROUP: rehabilitation professionals and students and professionals with an interest in disability and development.

REQUIREMENTS: a high level of fluency in both spoken and written English; Bachelor degree or equivalent (in terms of experience and thinking capacity)

COURSE FEES: Euro 1,800 (excluding board & lodging) for 4 weeks

FURTHER INFORMATION CAN BE OBTAINED FROM:

Huib Cornielje
Langenhorst 36
2402PX Alphen aan den Rijn
The Netherlands
Tel: 0031-172-436953
Fax: 0031-172-244976
E-mail: h.cornielje@ enablement. nl

Sunday, February 14, 2010

What Diah Has Authored: Ayam Mengancam Ketenteraman Rakyat

Keluargaku tak pernah lepas dari daging ayam. Hari raya atau bukan, kami selalu menjadikan daging ayam sebagai lauk sehari-hari mungkin karena sudah terbiasa.

Sebelum bekerja di toko roti, ayah bekerja di tempat pemotongan dan penjualan daging ayam. Setiap kembali dari bekerja dia selalu membawa sisa daging ayam yang tidak habis terjual. Oleh ibu, digoreng, digule, disate, tetapi yang sering digoreng karena mudah penyajiannya dan tidak membutuhkan berbagai macam bumbu tambahan. Aku tidak mau kalah dengan kakak dan adik berebut mengambil potongan daging ayam paling.besar. Tidak heran, kami segera menyerbu setelah ibu selesai menggoreng. “Kakak adik sama saja,” celetuk ayah melihat kelakuan kami.
Ketika harga daging ayam naik dua sampai tiga kali lipat, ayah masih melengkapi lauk-pauk kami dengan daging ayam, tetapi tidak berlangsung lama karena daging ayam tiba-tiba menghilang di pasaran. Ibu tidak lagi menghidangkan daging ayam dan kami menerima lauk-pauk apa saja yang tersedia di meja makan.

Dengar punya dengar, ternyata peternakan ayam telah dihaki kerajaan. Dengan alasan, pendistribusian yang lebih diutamakan ke kerajaan seberang akan meningkatkan pundi-pundi kerajaan. Pundi-pundi yang melimpah akan dialokasikan untuk kemakmuran rakyat dan pembangunan wilayah. Daya beli rakyat kerajaan seberang yang tak memproduksi ternak unggas, khususnya ayam, lebih tinggi dan sekaligus memperkenalkan legit dan gurihnya daging ayam kerajaan ini.
Untuk menjamin daging ayam didistribusikan secara tepat, kerajaan menerbitkan peraturan tentang pembatasan pihak-pihak yang diizinkan membiakkan ayam dan memakan daging ayam. Peraturan tersebut memuat bahwa setiap orang dilarang beternak ayam dan memakan daging ayam kecuali telah memiliki surat yang telah disegel oleh kerajaan. Peraturan tersebut juga menyebutkan sanksi yang harus dijalani bagi yang melanggar peraturan.
Pertama, sanksi bagi peternak ayam tidak sah. Mereka yang melanggar peraturan tersebut dikenai sanksi patukan ayam. Dalam keadaan tangan dan kaki terikat di lantai, terhukum dipatuk-patuki tubuhnya oleh puluhan ekor ayam sampai terluka. Tidak heran, banyak terhukum yang kehabisan darah sampai akhirnya mati. Kedua, sanksi bagi pemakan ayam tidak sah. Mereka yang melanggar peraturan tersebut dikenai sanksi makan daging ayam sepuasnya. Mulut terhukum dijejali potongan-potongan daging ayam sampai kerongkongannya tersedak dan perutnya membuncit kadang pecah karena tidak sanggup lagi menampung potongan-potongan ayam itu.
Kami lambat laun berusaha melupakan daging ayam yang menggiurkan lidah dan beralih ke lauk-pauk lain, begitu pula dengan sanak saudara dan tetangga. Tiada lagi ayam berkeliaran di jalanan mengais-ngais tanah. Seekor ayam sama harganya dengan seperangkat televisi, itu pun transaksi dilakukan secara diam-diam.
Dalam waktu singkat, para peternak ayam menjadi jutawan. Yang biasanya mereka meminjam koin ayah malah sekarang ayah yang meminjam koin mereka. Mereka adalah orang-orang yang didelegasikan sebagian wewenang kerajaan, yaitu menjaga dan memelihara properti kerajaan atas nama rakyat supaya jangan sampai diambil alih oleh yang tidak berhak. Mereka bangga terpilih menjadi aparatur tanpa seleksi dan tanpa keahlian. Tidak sedikit juga dari mereka yang berempati dan menyesal, tetapi tidak sanggup melawan karena masih ingin hidup.
Bagaimanapun pula rakyat tetap mengecap mereka musuh yang mengancam kententeraman. Mereka dianggap lebih mementingkan pribadi daripada orang banyak, yang berarti melanggar kesepakatan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai integritas, kebersamaaan dan kemanusiaan. Label itu membuat mereka berada di posisi yang serba salah.
Setiap dua atau tiga hari kerajaan yang diwakili pemelihara keamanan menjelajahi setiap tempat tinggal, mencari oknum-oknum yang memelihara atau hendak mengolah ayam untuk disantap secara tidak sah. Seperti waktu itu, sepulang belajar aku melihat ibu termenung sedih di sofa. Ibu mengatakan, ayah ditahan tadi siang karena menyimpan hak milik kerajaan. Ayah sembunyi-sembunyi membeli daging ayam dari temannya untuk makan besar merayakan ulang tahunku.


Jakarta, October 2000



Also available at: Oase Kompas