Search This Blog

Introduction

Bermula dari dirangkai. Titik demi titik dirangkai menjadi garis. Garis demi garis dirangkai menjadi huruf. Huruf demi huruf dirangkai menjadi kata. Kata demi kata dirangkai menjadi kalimat. Kalimat demi kalimat dirangkai menjadi alinea.

Tuesday, April 20, 2010

What Diah Has Shared: INTERNATIONAL INSTITUTE OF SOCIAL ENTREPRENEURS – CALL FOR APPLICATIONS

The International Institute of Social Entrepreneurs (IISE) a programme being implemented by Braille Without Borders in Trivandrum , Kerala , India successfully trained the first batch of students from 12 countries in 2009 and the second batch including 29 participants from 18 different countries, started their course in January 2010. IISE is now seeking applications from highly motivated and committed candidates who have overcome obstacles in their life, have an interest in learning and working with different cultures, and who have a dream to realize for the 2011 course. If you are twenty-two years or older and can speak, read and write English, you are invited to apply for this one-year scholarship- based programme. For additional information visit http://www.bwb- iise.org/ and/or email your inquiries to BrailleWB@gmx. net. You may also fax your questions at 0031848307904 or write via regular post at:


Braille Without Borders


International Institute for Social Entrepreneurs


c/o P. Kronenberg, Vivekanenda Nagar, Vellayani, Ookode, Nemom PO,


Trivandrum 695020, KERALA , INDIA

Saturday, April 17, 2010

What Diah Has Translated: Beasiswa Doktor Studi Kecacatan di UIC

Program Doktor antardisipliner tentang studi kecacatan di the University of Illinois di Chicago mengumumkan pembukaan Ethel Louise Armstrong (ELA) baru yang memberikan Beasiswa Doktor bagi para perempuan penyandang cacat fisik. Beasiswa tersebut mungkin diberikan atas kedermawanan Margaret A. Staton, pendiri dan presiden Yayasan ELA dan seorang pengacara bidang kecacatan yang telah mengabdikan hidupnya untuk memastikan bahwa tidak seorang pun akan mengalami prasangka, diskriminasi dan pengucilan karena kecacatan yang dia dan rekan-rekannya alami di masa lalu.

Beasiswa ini dinamakan untuk menghormati nenek Stanton, Ethel Louise Armstrong, yang menunjukkan kemandirian dan perlawanan dalam menghadapi kendala-kendala sosial. Sebagai perempuan muda penyandang cacat fisik yang tumbuh di Atlanta, Georgia, Stanton terinsipirasi oleh kegigigihan neneknya dalam mengungguli pendidikan menengah (postsecondary) meskipun konvensi-konvensi sosial pada saat itu melarang kesempatan para perempuan untuk bersekolah dan bekerja. Stanton meraih gelar M. Ed di bidang konseling, bekerja di Washington DC untuk meningkatkan aksesibilitas, dan, pada 1994, mendirikan Yayasan ELA untuk meningkatkan peran serta penuh para penyandang cacat di dunia.

Penerima Beasiswa Doktor Ethel Louise Armstrong (ELA) akan menerima pembayaran uang kuliah di program Studi Kecacatan di UIC dan biaya tahunan sebesar $18,000. Penyandang dana menetapkan bahwa pemohon harus perempuan penyandang cacat fisik (UIC juga memiliki opsi pendanaan terbuka bagi mahasiswa yang kurang terwakili). Pemohon Brasiswa ELA harus juga memenuhi persyaratan pendaftaran masuk program Studi Kecacatan. Batas waktu pendaftaran bagi penerimaan dalam negeri pada Musim Gugur adalah 7 Mei 2010, Untuk Informasi lebih lanjut tentang proses aplikasi Beasiswa ELA, silahkan hubungi:

Sarah Rothberger, MFA

Academic Coordinator
Interdisciplinary Ph.D. Program in Disability Studies
University of Illinois at Chicago (MC 626)
1640 West Roosevelt Road - Room 215
Chicago, IL 60608 U.S.A.
(312) 996-1508 v
(312) 996-1233 TTY
(312) 996-0885 Fax
sr22@uic.edu

What Diah Has Shared: Disability Studies Ph.D. Fellowship at UIC

The Interdisciplinary Ph.D. Program in Disability Studies at the University of Illinois at Chicago announces the establishment of the new Ethel Louise Armstrong (ELA) Endowed Ph.D. Fellowship for women with physical disabilities. The Fellowship is made possible through the generosity of Margaret A. Staton, the founder and President of the ELA Foundation and a disability advocate who has devoted her life to ensuring that no one will experience the disability prejudice, discrimination, and exclusion that she and her peers endured in the past.

The Fellowship is named in honor of Ms. Staton's grandmother, Ethel Louise Armstrong, who exemplified self-determination and resistance in the face of socially imposed constraints. As a young woman with a physical disability growing up in Atlanta, Georgia, Ms. Staton was inspired by her grandmother' s insistence on excelling in postsecondary education despite social conventions during her time that denied women opportunities for school and work. Ms. Staton earned her M.Ed in counseling, worked in Washington DC to promote accessibility, and, in 1994, founded the ELA Foundation to promote full inclusion of people with disabilities in the world.

Recipients of the Ethel Louise Armstrong (ELA) Endowed Ph.D. Fellowship will receive payment of tuition in the Disability Studies program at UIC and an annual stipend of $18,000. The funder stipulates that applicants must be women with physical disabilities (UIC also has funding options open to other under-represented students.). Applicants for the ELA Fellowship must also meet admission requirements for entrance into the Disability Studies program. The application deadline for Fall 2010 domestic admission is May 7, 2010. For more information about the ELA Fellowship application process, please contact:

Sarah Rothberger, MFA

Academic Coordinator
Interdisciplinary Ph.D. Program in Disability Studies
University of Illinois at Chicago (MC 626)
1640 West Roosevelt Road - Room 215
Chicago, IL 60608 U.S.A.
(312) 996-1508 v
(312) 996-1233 TTY
(312) 996-0885 Fax
sr22@uic.edu



Sumber: Mitra Jaringan & Difabel Indonesia (Mailing List)

Saturday, March 27, 2010

What Diah Has Known: Kriteria umum untuk CERPEN Kompas

1. Asli, bukan plagiasi, bukan saduran, bukan terjemahan, bukan sekadar kompilasi, bukan rangkuman pendapat/buku orang lain.
2. Belum pernah dimuat di media atau penerbitan lain termasuk Blog, dan juga tidak dikirim bersamaan ke media atau penerbitan lain.
3. Topik yang diuraikan atau dibahas adalah sesuatu yang actual, relevan, dan menjadi persoalan dalam masyarakat.
4. Substansi yang dibahas menyangkut kepentingan umum, bukan kepentingan komuninas tertentu, karena Kompas adalah media umum dan bukan majalah vak atau jurnal dari disiplin tertentu.
5. Artikel mengandung hal baru yang belum pernah dikemukakan penulis lain, baik informasinya, pandangan, pencerahan, pendekatan, saran, maupun solusinya.
6. Uraiannya bisa membuka pemahaman atau pemaknaan baru maupun inspirasi atas suatu masalah atau fenomena.
7. Penyajian tidak berkepanjangan, dan menggunakan bahasa populer/luwes yang mudah ditangkap oleh pembaca yang awam sekalipun. Panjang tulisan 3,5 halaman kuarto spasi ganda atau 700 kata atau 5000 karakter (dengan spasi) ditulis dengan program Words.
8. Artikel tidak boleh ditulis berdua atau lebih.
9. Menyertakan data diri/daftar riwayat hidup singkat (termasuk nomor telepon / HP), nama Bank dan nomor rekening.
10. Alamat e-mail opini@kompas.co.id

What Diah Has Copied: Lokasi Penjualan Kursi Roda di Jakarta

Sekali waktu barangkali Anda membutuhkan dan mencari-cari kursi roda. Ke mana membelinya ya? Wah, ini memang gampang-gampang susah. Tak semua toko sepeda atau alat-alat olahraga menjualnya. Namun, jangan kecil hati. Di sepanjang Jl. Sultan Agung Manggarai, Jakarta Selatan, berderet pedagang kursi roda. Ada yang masih baru (terbungkus plastic dengan rapi) dan banyak pula yang bekas. Tentu saja harganya berbeda.

Kebanyakan pembeli memilih kursi roda bekas. Pasti karena barangnya masih bagus dan tidah kalah dengan yang baru, tetapi harganya cukup murah. Bahkan, kursi roda yang sudah dibeli itu boleh ditukar dengan yang lain, misalnya karena ada kekurangan pada onderdilnya. Hanya saja, kursi roda yang Anda beli itu tidak diantarkan ke rumah alias bawa pulang sendiri. Karena itu, bila ingin membeli kursi roda di sini, Anda sebaiknya membawa kendaraan sendiri. Bisa juga menyewa taksi atau bajaj.

Datanglah ke tempat ini jika Anda membutuhkan kursi roda. Pilih dan pastikan kursi roda yang Anda beli itu benar-benar dalam kondisinya baik, meski pernah dipakai orang lain. Kalau tidak membawa kendaraan sendiri, Anda masih bisa naik angkutan umum, seperti Mayasari Bhakti 905 dan metromini T49. Transjakarta juga menjadi pilihan. Turun saja di halte Pasar Rumput.


Disalin secara keseluruhan dari:
Buku Surga Belanja Jakarta
Penulis Zaenuddin HM
Penerbit MeBook
Cetakan I – Jakarta, 2009
Halaman 59



Gambar diambil dari http://new-media.kompasiana.com/2010/03/20/astaga-ada-penjiplak-nekad-di-kompasiana/

Sunday, March 21, 2010

What Diah Has Mini-Researched: Kasihi Bumi dan Sesama dengan Sejam Mematikan Lampu

Perubahan iklim sebagai dampak pemanasan global telah menjadi isu yang dibahas di dunia internasional belakangan ini. Peningkatan suhu bumi akibat aktivitas manusia yang menghasilkan emisi gas rumah kaca diikuti oleh perubahan iklim. Perubahan iklim ditandai dengan perubahan musim yang tidak menentu, banjir, longsor dan topan sedangkan di belahan bumi lain kekeringan pada waktu bersamaan; kenaikan permukaan air laut yang berasal dari pelelehan gunung es di kutub; penurunan populasi flora dan fauna karena tidak mampu beradaptasi seperti semakin buruknya kesehatan dan perkembangbiakan beruang kutub dan penguin karena berkurangnya sumber makanan seiring dengan mengecilnya lapisan es, bertambah kurusnya ikan paus karena 80% populasi makanannya berkurang, menurunnya populasi amfibi secara global, dan pemutihan terumbu karang karena tidak tahan terhadap panas; peningkatan jumlah dan frekuensi penyakit tropis seperti demam berdarah dan malaria; terancamnya ketahanan pangan akibat panen gagal, meledaknya hama dan penyakit tanaman atau keterlambatan musim tanam.
Untuk menekan dampak potensial perubahan iklim perlu diadakan ajakan edukatif agar setiap individu mengubah gaya hidup dan kebiasaannya. World Wild Fund (WWF), organisasi konservasi global mandiri dan terbesar di dunia, mencetuskan kampanye Earth Hour untuk mengajak setiap individu, pelaku bisnis, pemerintah dan sektor publik lainnya di seluruh dunia berpartisipasi mematikan lampu selama 1 jam. Tindakan ini kecil dan mudah namun membawa perubahan besar yang lebih baik jika dilakukan bersama-sama.
Earth Hour digagas pada 2004 ketika WWF Australia dan agen periklanan, Leo Burnett Australia mendiskusikan tentang isu perubahan iklim. Pada 2006 konsep Earth hour yang diciptakan oleh Leo Burnett dikirim ke Fairfax Media untuk dirintis. Fairfax Media bersependapat dengan WWF Australia dan Leo Burnett Australia untuk menyelenggarakan kampanye ini. Earth Hour juga mendapat dukungan dari walikota Sidney saat itu. Pada 2007 kampanye Earth Hour pertama diselenggarakan di Sidney, Australia. Sebanyak 2,2 juta penduduk Sidney dan 2100 pelaku bisnis berpartisipasi mematikan lampu selama 1 jam.
Kampanye Earth Hour berlanjut dan dikuti oleh negara-negara dunia pada tahun berikutnya. Pada 2008, 50 juta orang di 35 negara mematikan lampu dan jumlahnya bertambah pada 2009 menjadi ratusan juta orang di 88 negara. Earth Hour 2009 dinobatkan sebagai gerakan lingkungan terbesar dalam sejarah. Per tanggal 17 Maret 2010, 107 negara dan 1733 kota telah menyatakan kesediaannya untuk mengikuti kampanye Earth Hour. Ditargetkan lebih dari 1 milyar orang di seluruh dunia mematikan lampu pada hari sabtu, tanggal 27 Maret 2010 pukul 20.30-21.30 (waktu setempat).
Tahun 2010 Indonesia sebagai negara terbesar ketiga penyumbang emisi gas rumah kaca di dunia menyelenggarakan Earth Hour kedua kalinya. Kampanye Earth Hour kali ini diawali dengan acara "Earth Hour 2010 Student Community Meeting" yang diikuti 50 perwakilan pelajar, Pramuka, dan komunitas dari Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali pada 6-7 Maret 2010. Para peserta diberi pembelajaran untuk mendirikan School clinic di sekolah masing-masing dan melakukan kampanye di kotanya. Kegiatan ini dimonitor dan dievaluasi agar Earth Hour 2010 semakin efektif didukung oleh generasi muda.
Seperti tahun lalu, Earth Hour 2010 difokuskan di Jakarta karena konsumsi energi terbesar berada di pulau Jawa dan Bali. Jika 10 % penduduk Jakarta mematikan lampu selama 1 jam, maka beban listrik di Jakarta berkurang sebesar 300 MWh atau jika dirupiahkan setara dengan menghemat hingga Rp 216.600.000. Semakin banyak penduduk pulau Jawa maupun luar pulau Jawa yang berpartisipasi, semakin besar rupiah yang Indonesia hemat. Semakin sering kita mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak digunakan, semakin terbuka kesempatan Indonesia untuk keluar dari daftar negara penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.
Oleh karena itu, kampanye Earth Hour merupakan saat yang tepat untuk mengingatkan semua komponen masyarakat, terutama pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat umum bahwa penghematan energi bukan hanya berdampak terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca dan penanggulangan ancaman pemanasan global, tetapi juga menguntungkan dari segi ekonomi dan kota-kota kecil yang tidak mendapat pasokan listrik pun bisa teratasi
Diharapkan di masa mendatang kampanye Earth Hour tetap berlanjut, setiap individu menghemat energi listrik termasuk memasang lampu hemat energi, setiap korporat dan institusi pemerintah mematikan lampu sesudah jam kerja dan menggunakan teknologi tepat guna dan efisien demi mengurangi emisi gas rumah kaca.
Sesungguhnya hanya ada satu bumi, yaitu bumi yang kita pijak sekarang ini. Siapa lagi yang akan menjaga kelestariannya, jika bukan manusia demi kelangsungan hidup semua makhluk di alam semesta ini.

Sumber: Disarikan dari berbagai sumber

Also Available at Kompasiana

What Diah Has Asked: Pertanyaan untuk Choky Sitohang


Pertanyaan

Selama Anda menjadi presenter "Take Me/Him Out", sempat terpikir tidak untuk menjadi peserta?


Jawaban

Ha-ha-ha, sempat terpikir juga sih seandainya saya tidak jadi pembawa acaranya dan masih single, mungkin saya akan mencoba bergabung dengan "Take Me/Him Out", melihat kans untuk promosi diri cukup besar di acara ini.