Search This Blog

Introduction

Bermula dari dirangkai. Titik demi titik dirangkai menjadi garis. Garis demi garis dirangkai menjadi huruf. Huruf demi huruf dirangkai menjadi kata. Kata demi kata dirangkai menjadi kalimat. Kalimat demi kalimat dirangkai menjadi alinea.

Sunday, March 21, 2010

What Diah Has Mini-Researched: Kasihi Bumi dan Sesama dengan Sejam Mematikan Lampu

Perubahan iklim sebagai dampak pemanasan global telah menjadi isu yang dibahas di dunia internasional belakangan ini. Peningkatan suhu bumi akibat aktivitas manusia yang menghasilkan emisi gas rumah kaca diikuti oleh perubahan iklim. Perubahan iklim ditandai dengan perubahan musim yang tidak menentu, banjir, longsor dan topan sedangkan di belahan bumi lain kekeringan pada waktu bersamaan; kenaikan permukaan air laut yang berasal dari pelelehan gunung es di kutub; penurunan populasi flora dan fauna karena tidak mampu beradaptasi seperti semakin buruknya kesehatan dan perkembangbiakan beruang kutub dan penguin karena berkurangnya sumber makanan seiring dengan mengecilnya lapisan es, bertambah kurusnya ikan paus karena 80% populasi makanannya berkurang, menurunnya populasi amfibi secara global, dan pemutihan terumbu karang karena tidak tahan terhadap panas; peningkatan jumlah dan frekuensi penyakit tropis seperti demam berdarah dan malaria; terancamnya ketahanan pangan akibat panen gagal, meledaknya hama dan penyakit tanaman atau keterlambatan musim tanam.
Untuk menekan dampak potensial perubahan iklim perlu diadakan ajakan edukatif agar setiap individu mengubah gaya hidup dan kebiasaannya. World Wild Fund (WWF), organisasi konservasi global mandiri dan terbesar di dunia, mencetuskan kampanye Earth Hour untuk mengajak setiap individu, pelaku bisnis, pemerintah dan sektor publik lainnya di seluruh dunia berpartisipasi mematikan lampu selama 1 jam. Tindakan ini kecil dan mudah namun membawa perubahan besar yang lebih baik jika dilakukan bersama-sama.
Earth Hour digagas pada 2004 ketika WWF Australia dan agen periklanan, Leo Burnett Australia mendiskusikan tentang isu perubahan iklim. Pada 2006 konsep Earth hour yang diciptakan oleh Leo Burnett dikirim ke Fairfax Media untuk dirintis. Fairfax Media bersependapat dengan WWF Australia dan Leo Burnett Australia untuk menyelenggarakan kampanye ini. Earth Hour juga mendapat dukungan dari walikota Sidney saat itu. Pada 2007 kampanye Earth Hour pertama diselenggarakan di Sidney, Australia. Sebanyak 2,2 juta penduduk Sidney dan 2100 pelaku bisnis berpartisipasi mematikan lampu selama 1 jam.
Kampanye Earth Hour berlanjut dan dikuti oleh negara-negara dunia pada tahun berikutnya. Pada 2008, 50 juta orang di 35 negara mematikan lampu dan jumlahnya bertambah pada 2009 menjadi ratusan juta orang di 88 negara. Earth Hour 2009 dinobatkan sebagai gerakan lingkungan terbesar dalam sejarah. Per tanggal 17 Maret 2010, 107 negara dan 1733 kota telah menyatakan kesediaannya untuk mengikuti kampanye Earth Hour. Ditargetkan lebih dari 1 milyar orang di seluruh dunia mematikan lampu pada hari sabtu, tanggal 27 Maret 2010 pukul 20.30-21.30 (waktu setempat).
Tahun 2010 Indonesia sebagai negara terbesar ketiga penyumbang emisi gas rumah kaca di dunia menyelenggarakan Earth Hour kedua kalinya. Kampanye Earth Hour kali ini diawali dengan acara "Earth Hour 2010 Student Community Meeting" yang diikuti 50 perwakilan pelajar, Pramuka, dan komunitas dari Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali pada 6-7 Maret 2010. Para peserta diberi pembelajaran untuk mendirikan School clinic di sekolah masing-masing dan melakukan kampanye di kotanya. Kegiatan ini dimonitor dan dievaluasi agar Earth Hour 2010 semakin efektif didukung oleh generasi muda.
Seperti tahun lalu, Earth Hour 2010 difokuskan di Jakarta karena konsumsi energi terbesar berada di pulau Jawa dan Bali. Jika 10 % penduduk Jakarta mematikan lampu selama 1 jam, maka beban listrik di Jakarta berkurang sebesar 300 MWh atau jika dirupiahkan setara dengan menghemat hingga Rp 216.600.000. Semakin banyak penduduk pulau Jawa maupun luar pulau Jawa yang berpartisipasi, semakin besar rupiah yang Indonesia hemat. Semakin sering kita mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak digunakan, semakin terbuka kesempatan Indonesia untuk keluar dari daftar negara penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.
Oleh karena itu, kampanye Earth Hour merupakan saat yang tepat untuk mengingatkan semua komponen masyarakat, terutama pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat umum bahwa penghematan energi bukan hanya berdampak terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca dan penanggulangan ancaman pemanasan global, tetapi juga menguntungkan dari segi ekonomi dan kota-kota kecil yang tidak mendapat pasokan listrik pun bisa teratasi
Diharapkan di masa mendatang kampanye Earth Hour tetap berlanjut, setiap individu menghemat energi listrik termasuk memasang lampu hemat energi, setiap korporat dan institusi pemerintah mematikan lampu sesudah jam kerja dan menggunakan teknologi tepat guna dan efisien demi mengurangi emisi gas rumah kaca.
Sesungguhnya hanya ada satu bumi, yaitu bumi yang kita pijak sekarang ini. Siapa lagi yang akan menjaga kelestariannya, jika bukan manusia demi kelangsungan hidup semua makhluk di alam semesta ini.

Sumber: Disarikan dari berbagai sumber

Also Available at Kompasiana

No comments:

Post a Comment